Gambar di atas itu Goethe. Bila Anda Goethe, Anda tidak perlu berpura-pura. Tapi kalau ternyata perlu, ini empat cara salah yang harus dihindari.
Membaca argumentasi pihak seberang, sekenanya dan secara angin-anginan, tidak sama dengan sudah “mempelajari semua sisi”.
Rupanya ada alasannya mengapa bayam tidak membikin kita sakti dan mampu merobohkan Brutus sewaktu kecil. Juga, terjemahan bahasa Inggris dari bumbu-bumbu dapur tidak menggugah selera.
“Makruh” sebagai istilah agama sempat saya musuhi dan kasihani. Akan tetapi “makruh” sebagai istilah sekuler entah kenapa sangat membebaskan.
Saya perhatikan permainan komputer sering “dimanfaatkan” oleh anak sekolahan sebagai ajang main-main yang halalan thayyiban — sebab konon membantu berlatih bahasa asing.
Mengapa sering sekali menumpukan argumentasi pada kemungkinan/keyakinan bahwa lawan kita kurang disiplin dalam menegakkan apa yang mereka khotbahkan?