Gambar di atas itu Goethe. Bila Anda Goethe, Anda tidak perlu berpura-pura. Tapi kalau ternyata perlu, ini empat cara salah yang harus dihindari.
Membaca argumentasi pihak seberang, sekenanya dan secara angin-anginan, tidak sama dengan sudah “mempelajari semua sisi”.
Saya perhatikan permainan komputer sering “dimanfaatkan” oleh anak sekolahan sebagai ajang main-main yang halalan thayyiban — sebab konon membantu berlatih bahasa asing.
Mengapa sering sekali menumpukan argumentasi pada kemungkinan/keyakinan bahwa lawan kita kurang disiplin dalam menegakkan apa yang mereka khotbahkan?
Ada kebijaksanaan dan ada “kebijaksanaan” — yang terakhir ini cetek dan langsung layu ketika substansinya kita periksa secara serius. Bahasa Inggrisnya, platitude. Bahasa Indonesianya entahlah. Barangkali berbahaya, barangkali tidak; tapi seringnya menyebalkan.
Mea culpa, sekaligus menerka kenap peringatan “yang buang sampah di sini anjing” tidak membikin orang sungkan, kecuali disertai centéng yang menyeramkan dan/atau sistem denda yang bukan gertak sambal.